Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ternyata Aku Salah

Hey kawan ayo baca laah..ini cerpen paling okeh…Trend fitnah masa kini..yang dibilang paling okeh…*Koq malah nyanyi aliansi nya lagu sekseh*…Marimari cekidoott ama cerpen gue.. comment-comment yha… Arigatou ne!!!


Ternyata Aku Salah

“Aaarggh…” jerit Chiara ketika ia mengintip jam dinding dari balik selimut.
Tanpa sadar ia tertidur di sofa depan televisi. Semalaman dia nonton DVD, sampai lupa kalau besok adalah hari pertamanya masuk ke sekolah baru nya.
Mamanya yang sedang memasak di bawah merasa risih dengan suara derap langkah Chiara yang berdebum-debum.
“Kamu kenapa sih, Ra?! Teriak-teriak kay….”
“Ma!! Kok nggak bangunin Ara??” Dengan tergesa-gesa, Chiara menuruni tangga dan masuk ke kamar mandi.
“Kalau mandi ntar malah bisa telat.” batin Chiara. Dan memutuskan untuk mencuci muka dan menggosok gigi saja.
Ketika Chiara keluar dari kamar mandi, Mamanya sudah menyiapkan telur mata sapi dan roti panggang.
“Mama kasian lihat kamu yang kayaknya kurang tidur, sampai dengkur segala…” ujar Mamanya.
Chiara langsung masuk ke kamarnya. Dan bergegas memakai seragam sekolahnya, dan berjalan menuruni tangga.
“Ara berangkat, Ma!” Chiara dengan asal menarik tangan Mamanya, menciumnya, lalu mencomot roti panggang sambil berlari keluar rumah.
Dengan napas terengah, akhirnya Chiara sampai di halte yang sudah penuh. Chiara menghela napas lega, lalu bergabung dengan kerumunan itu. Sepuluh menit setelah berdiri di halte dan berdesakan di antara orang-orang yang gak sabaran, bus yang di tunggunya pun datang.
“Tuhan, Ara janji. Mulai hari ini, Ara bakalan insyaf dan nggak lagi-lagi deh nonton DVD sampai malam….” Ucapnya dalam hati sambil menjejalkan kaki masuk ke dalam bus.
Dengan susah payah, Chiara berjalan mencari bangku kosong yang sayangnya gak ada. Dia pun harus rela berdiri sampai tiba di sekolah. Ketika ia mengeluh, seseorang gadis yang berseragam sama dengannya menatapnya. Ara tak menggubris, mulutnya tetap bergumam tak jelas.
“SMA Harapan Nusa!” teriak kondektur.
“Akh..akhirnya..” dengan sedikit tergesa, Chiara turun dari bus.
Gadis sebaya yang dari tadi memperhatikan Ara hanya memberi tatapan sinis kepada nya, dan hal itu membuat Ara gerah. Gadis itu berjalan berdampingan dengan Ara, tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Ara dengan tergesa-gesa berlari ke kelas sambil berlagak polos, tanpa melihat sebuah lantai yang mencuat.
“BRUUKK..!!!” Chiara tersandung dan menimpa gadis sebelahnya.
“Dasar, cewek bodoh.. seharusnya kamu taruh mata mu di dengkul.!!” Marah gadis itu.
“Kamu yang bodoh.. ha?” Ara kembali menggerutu.
“Dasar, cewek pendek. Yah, aku bisa memaklumi kalau kamu sampai bisa menabrak ku. PENDEK BANGET sih..” omel Riska gadis yang di tabrak Ara.
“Hoeh.. terserah kamu pecundang..” Ara manyun lagi sambil menahan emosi.
Sampai di kelas nya, ia memperkenalkan diri sebagai anak baru.
“ Nak, perkenalkan diri Mu ya..” senyum Bu Mega, guru yang sewaktu itu sedang mengajar di kelas XI IPA 2.
“Baik,Bu..” gumam Ara.
“Ehmm…perkenalkan nama saya Chiara Ananda, teman-teman bisa panggil saya Ara. Saya pindahan dari SMA 45 Jakarta Selatan. Sekian perkenalan dari saya, jika ada yang mau di tanyakan silahkan!” Ujar Ara sambil tersenyum, dan senyumannya hilang ketika pandangannya tertuju pada gadis yang dari tadi pagi membuat ia kesal.
“Baik anak-anak…kita terima teman baru kita dengan sebaik-baiknya. Hmm.. Ara kamu…duduk dekat Riska. Riska sebelah mu kosong kan?” Bu Mega mengagetkan lamunan Ara.

Ara berjalan gontai ke arah tempat duduk Riska. Riska pura-pura tidak tahu.
“Hari yang buruk untuk sekolah baru ku..” gerutu Ara dalam hati.
Sampai bel pulang sekolah berbunyi, Ara dan Riska belum juga bertegur sapa. Dengan lesu Ara pulang ke rumah, ingin menceritakan kekesalannya tapi tidak tau pada siapa ia akan bercerita.
Sesampainya di rumah Ara hanya melihat Bik Mila yang sedang menyapu ruang tengah.
“Kok lesu Non..” sapa Bik Mila pada Ara.
“Phew.. iya, Bik..” ujar Ara menghela napas panjang sambil menuju ke kamarnya.
Ketika di kamarnya Ara langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Dan perutnya keroncongan karena jam istirahat tadi ia tidak makan siang karena kenyang emosi. Secepat kilat ia turun ke arah dapur berharap masih ada roti blueberry kesukaannya. Dan ketika ia mulai melahap roti dengan lahapnya, matanya tertuju pada seseorang yang sedang berbincang-bincang dengan Bik Mila.
“Seperti Riska yah.. hmm..” Ara terdiam seolah tak percaya dan melangkah ke arah ruang tengah.
“Oh..ada Non Ara..” Bik Mila menyadari kedatangan Ara.
Seolah tak percaya Riska dan Ara saling berpandangan. Baru saja Ara hendak menjulurkan tangannya, Riska sudah berlari keluar rumah Ara. Ara hanya celingukan sendiri.
“Ya Allah Gusti….tuh anak ga sopannya..” gerutu Bik Mila sambil meminta maaf kepada Ara.
“Hah? Ii..iya.. itu anak bibi?” Tanya Ara.
“Iya Non.. maafin anak bibi ya..” Bik Mila kembali minta maaf.
“Oo…iia. Aku ke kamar dulu ya,Bikk..” Ara masih bengong sendiri.



Di tempat lain
“Masa iya si anak baru itu majikannya Ibu. Gimana kalo dia dendam terus bilang ke anak-anak satu sekolahan untuk mempermalukan aku?! Hmm..aku akan atur rencana sebelum semua itu terjadi.” Riska berpikir licik.

Keesokannya ketika anak-anak sedang makan siang, tiba-tiba Riska nangis-nangis di hadapan orang banyak di kantin. Ketika Beby cs mendekati Riska sambil menanyakan apa yang terjadi, tangis Riska semakin menjadi-jadi.
“Ka..knapa sih..bilang aja kalo ada masalah?!” Tanya Beby.
“Aku malu Beb..” isak Riska.
“Why…blak-blakan aja kale..” Beby jadi bingung.
“Sebenarnya Ibu aku bekerja di rumahnya si Ara anak baru itu, dan kemarin aku baru tau itu. Ketika berpapasan dengan Ara, eh si Ara malah mengejek ku Beb.. Malah ngancem bakal berhentiin Ibu aku kalo aku macem-macem.” Riska kembali menangis terisak-isak, dalam hatinya merasa puas akan permainan liciknya.
Anak-anak yang mendengar cerita Riska kelihatan kesal, hingga ketika jam pelajaran berbunyi tapi kelas Ara tidak ada guru. Ara jadi bahan omongan murid-murid, Ara pun bingung sampai ada anak yang melabraknya hingga Ara pun menangis. Tak tau harus bicara apa tentang fitnah tersebut.
Tak terasa bel pulang berbunyi, Ara bergegas pulang ke rumah dan menangis. Akibat ulah Riska, Ara sakit dan tidak masuk sekolah hingga 3 hari. Semua anak-anak menanyakan Ara, Riska pun begitu ketakutan akan ulahnya. Ia memutuskan untuk diam. Hingga ketika Riska sedang asyik membaca novel, ada Ara ke rumahnya menanyakan Ibu nya. Riska pucat pasi, tapi sedikitpun Ara tidak marah malah tersenyum menjabat tangan Riska. Hingga perasaan bersalah begitu mendalam di pikiran Riska.
Keesokan hari nya Riska memutuskan meminta maaf kepada Ara di depan anak-anak yang pernah ia hasud. Mau tidak mau,suka tidak suka Riska harus melakukan itu. Anak-anak menyoraki Riska, terlebih Beby sampai menampar Riska.
“Tega kamu, Ka..fitnah temen sendiri yang jelas-jelas enggak salah. Pecundang tau gak sih..” Marah Beby.
“Udah laa…Ara melerainya. Ya aku tau Riska melakukan ini ada alasannya. Hmm..Ka..kamu jangan ulangin lagi ya..” Senyum Ara.
Ara mengulurkan tangannya ke arah pundak Riska sambil tersenyum. Riska hanya tersipu menahan malu, karena tanpa sadar ia telah mempermalukan dirinya sendiri akibat ulahnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar