Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Hanya Ingin Kau Tahu

Sumpah…ini cerpen gue murni hasil perasan otag gue..gak pake ngopy ngopy pokok e…Ayoo ayoo baca-baca…Smoga tersepona.. :D…
Sebenernya…cerpen ini setengahnya gue ambil dari kisah nyata.. punya sapa?? Punya gue lah..waktu kecil.. Kalo ajah Alm. Lutfi masih ada, dia seumuran gue.. Sohib pas TK meninggal waktu kelas 2 SD. Karena..hanyut di Bengawan.. Walaupun selebih nya banyak ngarang sendiri.. 
(Lut,,asal tau ajj..Foto Vhy ama Lutfi Cuma 1, itupun pas Lutfi ultah yg dirayain d’TK..Meski Cuma 1 foto..Tapi,,persahabatan kita TAK LEKANG OLEH WAKTU.)
Ya Allah..smoga Alm. Lutfi bisa tenang disisi mu.. Ammiieeen… :D


Hanya Ingin Kau Tahu


Petir dan kilat tampak bergemuruh di langit, rintik hujan mulai turun yang lambat laun semakin deras. Sama hal nya dengan suasana hati Nona yang sedang sedih. Ia hanya bisa menangis ketika mengingat peristiwa 6 tahun lalu. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Terlihat jelas kesedihan di wajahnya.
“Tuhan gak adil..” batinnya menjerit.
Lalu Nona membaringkan tubuhnya di tempat tidur, dan bermimpi. Mimpi itu membuka kenangan masa kecilnya.
Waktu itu dia masih kecil dan duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, masih asyik-asyiknya bermain. Ia mempunyai sahabat yang bernama Lutfi, mereka selalu bersama dan berbagi suka duka bersama.
Hingga mereka mulai memasuki bangku Sekolah Dasar. Mereka tetap bersama dan tampak ceria. Suatu hari Lutfi tidak sengaja menjatuhkan jam kesayangan Nona, hingga pecah dan Nona menangis. Sampai 3 hari dia tak menegur Lutfi.
“Lutfii jahaaaaatttt…. Aku benci kamu.” Bentak Nona sambil menangis.
“Nona, maaf. Ntar aku ganti.” Ujar Lutfi sambil mengulurkan tangan.
“I..ini.. dari Almarhum kakek. Kamuu gak bisa gantiinnya.” sambil berlari menghampiri Mamanya yang sudah menjemputnya.
“Mama..Lutfi jahat. Dia merusak jam dari kakek..” isak Nona sambil memeluk Mamanya.
“Dedek, gak apa-apa, ntar kita beli lagi. Ayo maafan sama Lutfi.” Mamanya menenangkan.
Dan Nona langsung lari ke Mobil tanpa menggubris imbauan Mamanya.
Di mobil sunyi tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Nona ataupun Mamanya.
3 sampai 5 hari Lutfi dan Nona tak bertegur sapa. Sebenarnya Nona merasa kesepian, tapi ia masih kesal dengan Lutfi. Hingga terdengar kabar bahwa Lutfi menghilang. Nona khawatir, tapi ia hanya memendamnya sendiri. Ketika di Mall Nona melihat Lutfi sedang memilih baju.
“Lut..Lut..Lut..Lutfiiii” teriak Nona.
Tapi sedikitpun Lutfi menghiraukan. Dan ketika Nona ingin menghampirinya, Lutfi sudah tak ada lagi. Batinnya bertanya-tanya, gelisah menghantuinya.
Dan 3 hari setelah berita kehilangan Lutfi, terdengar kabar Lutfi meninggal. Dengan tergesa-gesa Nona menarik tangan Mamanya yang sedang memasak.
“Mama..ayoo..kita ke rumah Lutfi. Ada kabar dia meninggal” isak Nona.
“Haah??? Ii..ii..iya Mama matiin kompor dulu.” Mamanya tak percaya.
Sesampai nya di rumah Lutfi, tampak seluruh anggota keluarga Lutfi yang sedang berduka. Nona menghampiri Mamanya Lutfi.
“Ehm..tante apa bener??” belum selesai Nona bicara. Mamanya Lutfi langsung memeluk Nona.
“Iya sayang..” isak Mama Lutfi.
Nona tak kuasa membendung air matanya. Ia menghampiri jenazah Lutfi yang sudah hampir membusuk.
“Aaaaaaaa….Mamaaaaaaaaaa…” Nona pingsan.
Nona di angkat ke kamar agar cepat siuman. Lalu ketika tersadar ia langsung menangis di pangkuan Mamanya.
“Ma..knapa Lutfi jahat..dia ninggalin Nona Ma..” isak Nona.
“Semua rahasia Tuhan dedek.” Mamanya menenangkan Nona.
“Ma..anterin aku ke Lutfi..” Nona mulai lemas.
Dan ketika tepat di depan jenazah Lutfi. Nona mendekatinya.
“Lut..gak ada yang sebaik kamu. Sekarang, nanti, dan selamanya. Aku udah maafin kamu. Maaf karena egois ku.” Nona kembali menangis.
Mamanya Lutfi memberi Nona sepucuk surat beramplop biru tepat warna kesukaan Nona.
“Tante temukan ini di meja belajar Lutfi.” Ujar Mama nya Lutfi sambil menyodorkan surat tersebut.
Perlahan Nona membuka surat itu dan membacanya.



Selasa, 5-Februari-2002.

Aku membuat kesalahan yang besar, yaitu menjatuhkan jam kesayangannya. Mungkin dia tak bisa memaafkan aku, tapi sesungguhnya aku tak sengaja. Aku ingin selalu bersama tuan putri ku, sekarang atau selamanya. Dan ketika aku menghembuskan napas terakhir ku, ku ingin dia memaafkan ku. Karna aku hanya ingin kau tau bahwa kau selamanya sahabat terbaik ku.
Dari : Lutfi..
Untuk: Nona..

Tak kuasa Nona menahan tangisnya.
“A..aku..udah maafin kamu Lut.. kamu mau jatuhin jam aku sampe seratus kali juga gak apa-apa asalkan kamu bisa nemenin aku terus..” Batin Nona.
“Ikhlaskan dia..karena doa lah yangbisa membuatnya tenang.” Mamanya Lutfi menenangkan.
“Kenapa Lutfi bisa begini?” Tanya Nona kepada Mamanya Lutfi.
“Biar om yang jelasin..” timpal Papanya Lutfi.
“Hmm.. waktu itu entah mengapa Lutfi tiba-tiba menjadi anak yang pemurung. Setiap tidurnya selalu menyebut nama Nona.. dan ketika hari minggu dia hanya izin bermain keluar sebentar, kami pun mengizinkan. Tapi Lutfi sampai magrib belum juga pulang. Kami mencarinya kemana-mana tapi tak ketemu, sampai 3 hari Lutfi belum juga di temukan. Dan baru hari ini ia di temukan oleh petani kampung seberang. Katanya Lutfi ditemukan dengan keadaan yang sangat mengenaskan di pinggir sungai Bengawan.” Papanya Lutfi menyeka air matanya.
“Ini semua salah ku..karna egois ku…” isak Nona.
Mamanya memeluk Nona.
“Kalo aja aku gak marah sama Lutfi, pasti dia gak akan main ke sungai sama anak-anak bandel itu…” Tangis Nona lagi.
“Udahlah sayang, nasi udah jadi bubur. Sekarang kita berdo’a agar arwah Lutfi dapat diterima disisi Allah Swt.” Mamanya menenangkan.

“Arrrrrgggghhhhh….” Pekik Nona terjaga dari tidurnya.
Rupanya Nona ketiduran dan lupa sholat dzuhur, dia tidur pun lupa membaca do’a. sehingga ia bermimpi yang tidak enak.
“Knapa sayang..” Mamanya kaget dan menghampiri Nona.
“Aku mimpi waktu kecil Ma, pas sama Lutfi…” air mata Nona mulai menetesi pipinya.
“Udah..udah..Lutfi udah tenang di sana, jangan sedih lagi.” Mamanya mengusap airmata Nona.
“Makasi Ma.” Ujar Nona singkat.
“Sekarang kamu lebih baik mandi terus sholat. Belum sholat dzuhur kan tadi?” Tanya Mamanya.
“Oo..iya ya..okeh de..” Nona kembali tersenyum.
Dalam batin Nona berkata.
“Walaupun kamu jauh, tapi aku yakin Tuhan pasti mendengar do’a ku, dan kamu slalu menemaniku setiap saat. Aku percaya keajaiban akan terjadi. Hufftt.. Aku pasti bisa jalani ini semua.” Sambil tersenyum.
Mulai hari itu Nona kembali menjadi gadis yang periang dan tegar, dan sesekali Lutfi memperhatikan Nona dari langit yang biru sambil tersenyum.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

M. Lutfi Abdul Aziz mengatakan...

inii lutfii mbaaa :)

Posting Komentar